kelompok VI/A3.2
Rabu, 15 Oktober 2014
kunjungan wawancara kelompok tani/KWT
LAPORAN ACARA IV
KUNJUNGAN
WAWANCARA KELOMPOK TANI/KWT
Oleh :
1.
Ernesia Sekarlangit W / 13378
2.
Kesima Bening Pagi / 13163
3.
Retno Wahyu Sulistiyani / 13185
4.
Rizal Dzikri / 13267
Golongan :
A3.2
Kelompok : VI (enam)
Asisten : 1. Dasy Ratna Sari
2. Neni Kholimah
3. Vianita Meiranti
LABORATORIUM PENYULUHAN
DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Media massa adalah sarana
untuk menyalurkan pesan oleh seseorang atau kelompok orang kepada sejumlah
orang banyak yang terpencar-pencar. Media massa terbagi 2 berdasarkan waktu,
yaitu media massa periodik dan non periodik. Komunikasi meliputi 5 unsur, yaitu
(Effendi dan Singarimbun, 2006):
1.
Komunikator, yang
melakukan atau menyampaikan pesan komunikasi.
2.
Pesan, sesuatu yang
disampaikan.
3.
Medium, media atau
saluran yang digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan.
4.
Komunikan, pihak yang
menjadi tujuan komunikasi atau sasaran-sasaran komunikasi.
5.
Efek, pengaruh atau
dampak yang ditimbulkan pesan dalam diri komunikan.
Komunikasi
massa adalah proses penyampaian informasi, ide, berita dan sebagainya kepada
orang banyak. Media yang digunakan biasanya radio, televisi, surat kabar,
internet, majalah, dan film. Kekuatan suatu media massa terletak pada besarnya
jumlah audience yang menerima informasi yang disampaikan dengan cepat.
Masing-masing media akan menimbulkan rangsangan yang berbeda-beda pada penerima
informasinya sesuai daya rangsangnya, dan pengaruhnya pun akan berbeda di tiap
individu (Suprapto, 2009).
Leaflet
merupakan lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk
disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa
(Effendy, 1989).
Desain
leaflet merupakan bentuk tradisional promosi dan periklanan. Dalam perkembangan
dunia periklanan berikutnya, meskipun media elektronik mendominasi, penggunaan
leaflet sebagai media periklanan masih dinilai relevan seperti pada masa-masa
sebelumnya. Alasannya, desain tercetak (print/based) kerap masih diperlukan dalam
keadaan tertentu, misalnya ketika layar komputer tak dapat dihidupkan karena
rusak atau tidak ada listrik. Di samping itu, pada keadaan tertentu penggunaan
alat-alat elektronik tertentu menjadi tidak praktis dan tidak dapat dibawa oleh
khalayak yang membutuhkan. Kalaupun bisa dibawa khalayak tertunta diperlukan
biaya yang tidak sedikit. Sebagai media promosi, leaflet dapat dibuat
sedemikian rupa sehingga kualitasnya setara dengan bentuk-bentuk media
pemasaran lain. Meskipun isinya murni dimaksudkan untuk tujuan komunikasi atau
berupa pesan-pesan promosi, leaflet dapat dibuat sedemikiam rupa sehingga dapat
menggambarkan dan menunjukkan citra (gambar) perusahaan, produk, atau yang
lainnya. Bahkan seandainya desain leaflet dipergunakan untuk keperluan newsletter (laporan berkala) untuk
menjangkau target khalayak sebanyak-banyaknya, leaflet dapat memenuhi apa yang
dibutuhkan. Namun karena umunya leaflet berukuran kecil, informasi atau pesan
yang akan disampaikan pun relatif terbatas. Hanya menyampaikan pokok-pokok
persoalan saja, sehingga kurang mengandung kedalaman informasi. Dapat dikatakan
leaflet hanya pendukung sarana penyampaian informasi dalam bentuk lainnya. meskipun
ukurannya pada umumnya kecil, namun dapat dikembangkan dalam ukuran kertas A4
hingga A1, bahkan ukuran billboard.
Di samping itu, dapat juga menjadi dasar rancangan situs di internet (Surachman
dan Iriantara, 2006).
Dalam
kegiatan sebelumnya yaitu wawancara kepada kelompok tani untuk mengetahui
beberapa masalah yang dihadapi, sekarang waktunya kita memberi solusi untuk
permasalahannya dengan bantuan salah satu alat peraga untuk mengefektifkan
penyuluhan yang kami berikan dengan menggunakan leaflet. Kelompok yang kami
akan kami berikan penyuluhan yaitu Kelompok Wanita Tani
“Siti Makmur” yang didirikan pada tanggal 2 Februari 2014, di Padukuhan Pandes
RT 01, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul. Kelompok
Wanita Tani Siti Makmur diinisiasi oleh Kepala Kelurahan Panggungharjo yang
melihat banyak Ibu-ibu di daeah Panggungharjo tidak memiliki pekerjaan. Oleh
karena itu Kepala Kelurahan Panggungharjo merasa tergerak untuk memberdayakan
Ibu-ibu dengan membentuk Kelompok Wanita Tani Siti Makmur. Selain itu, Adanya
Kelompok Wanita Tani Siti Makmur ini dibentuk untuk mengikuti lomba desa
nasional mengenai kelompok wanita tani. Kelompok Wanita Tani Siti Makmur
diketuai oleh Ibu Rusmini, Sekretaris: Ibu Ratna dan Ibu Atik Nuryati.
Bendahara Ibu Sri dan Purwanti, dan memiliki anggota sebanyak 35 orang.
Masalah
yang dihadapi oleh kelompok wanita tani Siti Makmur adalah masih banyaknya
anggota kelompok wanita tani yang belum memiliki rasa memiliki organisasi
sehingga banyak Ibu-ibu yang melalaikan tugasnya. Kedua, banyak ibu-ibu yang
sebenarnya tidak mengerti tentang pertanian, bahkan sang ketua, Ibu Rusmini
juga sama sekali tidak mengerti tentang bertani. Ketiga, Sulitnya melakukan
pembagian kerja dalam mengurusi organisasi dan usaha pertanian milik kelompok
wanita tani Siti Makmur, banyak Ibu-ibu yang belum bisa mengatur kesibukan
di rumah dengan organisasi. Keempat,
banyak tanaman yang ditanam kelompok wanita tani Siti Makmur yang terkena
penyakit putih-putih pada daunnya, sehingga bisa merusak daun dan buahnya. Namun, pada kesempatan kali ini kami akan memfokuskan
pada permasalahan yang dinilai sangat mengganggu yaitu mengenai hama tanaman
cabai yang sangat meresahkan. Maka dari itu, kami sebagai penyuluh yang berada
di bidang pertanian akan memberikan penyuluhan mengenai beberapa macam hama dan
penyakit tanaman cabai serta solusi untuk memusnahkannya
B.
Tujuan
1.
Melatih mahasiswa agar
dapat merancang dan membuat alat peraga penyuluhan yaitu poster, leaflet, atau
folder berdasarkan masalah yang ada pada sasaran.
2.
Melatih mahasiswa untuk
memberikan penyuluhan dengan alat peraga penyuluhan.
3.
Melatih mahasiswa untuk
melakukan difusi dan diseminasi inovasi kepada kelompok tani melalui alat
peraga.
II.
ISI
A.
Permasalahan
Petani
Kelompok
Wanita Tani Siti Makmur yang berdiri sejak 2 Februari 2014 telah meraih banyak
prestasi, seperti juara 1 kelompok wanita tani tingkat kabupaten, provinsi, dan
tingkat nasional. Perjalanan Kelompok Wanita Tani Siti Makmur masih panjang dan
berliku serta penuh dengan masalah yang dihadapi. Masalah yang dihadapi
Kelompok Wanita Tani Siti Makmur berasal dari internal maupun Eksternal.
Masalah yang dihadapi yaitu:
1.
Masih banyaknya anggota
kelompok wanita tani yang belum memiliki rasa memiliki organisasi sehingga
banyak ibu-ibu yang melalaikan tugasnya.
2.
Banyak ibu-ibu yang
sebenarnya tidak mengerti tentang pertanian, bahkan sang ketua.
3.
Sulitnya melakukan
pembagian kerja dalam mengurusi organisasi dan usaha pertanian milik kelompok
wanita tani ini sehingga banyak ibu-ibu yang belum bisa mengatur kesibukan di
rumah dengan organisasi.
4.
Banyak tanaman yang
ditanam yang terkena hama dan penyakit, seperti penyakit puih-puih pada daun
cabai yang bisa merusak daun dan buahnya.
B.
Solusi
Pemasalahan
Dari wawancara yang telah dilakukan bersama
ketua Kelompok Wanita Tani Siti Makmur, maka kami akan memberikan solusi yang
dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kelompok wanita tani
tersebut supaya organisasi ini dapat berjalan dengan baik dan memberi manfaat
yang sebesar-besarnya untuk anggotanya.
1.
Masih banyaknya anggota
kelompok wanita tani yang belum memiliki rasa memiliki organisasi sehingga
banyak ibu-ibu yang melalaikan tugasnya.
Solusi: dengan memberikan
pemahaman lebih mengenai pentingnya organisasi bagi anggotanya terutama untuk
membantu perekonomian keluarga. Serta dengan memberikan pemahaman bahwa
organisasi kelompok wanita tani ini pada kehadiran dan kepedulian setiap
anggota kelompoknya sangat berarti bagi kemajuan kelompok tersebut.
2.
Banyak ibu-ibu yang
sebenarnya tidak mengerti tentang pertanian, bahkan sang ketua.
Solusi: kurangnya pemahaman
anggota kelompok wanita tani mengenai bidang pertanian dapat diatasi dengan
memberikan sumber-sumber informasi kepada Kelompok Wanita Tani Siti Makmur
seperti buku-buku pertanian, majalah pertanian, artikel, jurnal, pemberian
video tutorial pertanian, serta adanya penyuluhan dari pihak pemerintah, tokoh
masyarakat, praktisi di bidang pertanian maupun mahasiswa pertanian.
3.
Sulitnya melakukan
pembagian kerja dalam mengurusi organisasi dan usaha pertanian milik kelompok
wanita tani ini sehingga banyak ibu-ibu yang belum bisa mengatur kesibukan di
rumah dengan organisasi.
Solusi: dibuatnya jadwal rutin
untuk pembagian kerja. Jika ada anggota yang tidak bisa melaksanakan tugas pada
hari tertentu maka dia harus mencarikan pengganti, dan di suatu hari nanti dia
harus bekerja di hari yang lain, supaya pembagian kerjanya adil.
4.
Banyak tanaman yang
ditanam yang terkena hama dan penyakit, seperti penyakit puih-puih pada daun
cabai yang bisa merusak daun dan buahnya.
Solusi: Kelompok Wanita Tani
Siti Makmur menanam berbagai tanaman budidaya secara organik. Dari berbagai
tanaman yang ditanam, banyak hama dan penyakit menyerang dan merusak
tanamannya. Dari sekian banyak tanaman yang ditanam, tanaman cabai yang paling
banyak terserang hama dan penyakit. Menurut informasi wawancara yang didapat,
sumber menjelaskan beberapa ciri-ciri hama dan penyakit tersebut, maka ada 3
kemungkinan hama dan penyakit yang saat ini menyerang tanaman cabai di lahan
Kelompok Wanita Tani Siti Makmur yaitu:
a.
Penyakit Layu Fusarium
Penyebab penyakit ini
adalah cendawan atau fusarium oxysporium
sp. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman cabai yang ditanam pada tanah
masam (pH tanah rendah kurang dari 6). Serangan ditandai dengan memucatnya
tulang daun sebelah atas dan diikuti menunduknya tangkai daun. Jika pada batas
antara akar dengan batang dipotong akan terlihat cincin coklat kehitaman
diikuti busuk basah pada berkas pembuluh.
b.
Penyakit Layu Bakteri
Penyakit ini biasanya
menyerang tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah. Gejala serangan yang
terlihat adalah layu pada beberapa daun muda dan atau menguningnya daun tua
sebelah bawah. Gejala lain yang terlihat adalah berkas pembuluh pengangkut yang
berwarna coklat tua dan membusuk setelah batang, cabang atau pangkal batangnya
kita belah.
c.
Embun Tepung/ Powdery
Mildew (Leveillula taurica)
Pada kebun cabai dengan
penanaman di dataran tinggi yaitu 700 m dpi ke atas, sering terkena serangan
penyakit ini. Permukaan atas daun tampak bercak nekrotis berwarna kekuningan.
Jika daun dibalik, tampak tepung berwarna putih keabuan. Serangan dimulai dari
daun tua ke muda. Embun tepung yang disebabkan oleh cendawan Oidiopsis sicula
seal dapat dikendalikan dengan obat pestisida organik.
Namun pada leaflet, kami tampilkan beberapa jenis hama
dan penyakit tanaman cabai beserta pengendaliannya untuk menambah wawasan kelompok
wanita tani tersebut, diantaranya:
1.
Cabuk/Aphids (Myzus
persicae)
Hama Aphids sering juga disebut dengan
kutu persik, sesuai dengan nama latinnya. Hama ini perkembangan cepat bisa
berkembangbiak tanpa kawin (parthenogenesis) serta menghasilkan “madu” sehingga
mendatangkan semut dan cendawan jelaga. Hama ini menyebabkan keriting daun dan
berperan sebagai penghantar virus (vektor).
Umumnya jumlah buah yang terbentuk berkurang. Serangan tinggi menyebabkan daun tua
menguning dan gugur. Aphids adalah hama yang polybag, bisa hidup di berbagai
tanaman. Pengendalian dengan insektisida.
2.
Kutu kebul (Bemisia
sp.)
Hama yang mempunyai inang tomat,
tembakau dan kedelai Hama ini menularkan gemini virus. Penularan virus oleh
kutu kebul dari tanaman sakit setelah 15 menit. Gejala timbul pada tanaman muda
setelah 10-14 hari.
Pengendalian dengan insektisida atau
menanaman jagung minimal 2 baris di sekitar penanaman akan mengurangi serangan.
Cara lain yaitu rotasi tanamandengan padi. Jangan tumpangsari dengan tomat.
Jikapopulasinya masih sedikit dapat disingkirkan dengan tangan (sarung tangan).
3.
Ulat daun dan buah
Ulat ini perkembangan cepat pada musim
kemarau, menyebabkan kerusakan pada daun dan buah. Saat siang hari banyak
bersembunyi di dalam tanah.
Pengendalian :
·
Lakukan penyemprotan
insektisida pada malam hari
·
Monitoring secara
rutin, jangan sampai ulat sudah mencapai instar 3 (besar) baru disemprot.
·
Jika serangan
mengganas, bukalah plastik mulsa kemudian lakukan gropyokan ulat secara masal
lalu disemprot dengan insektisida.
4.
Lalat buah
(Bactrocera sp.)
Lalat buah berkembang cepat pada musim
hujan, menyebabkan kerusakan pada buah karena lalat buah betina meletakkan telur dengan cara menusuk buah dan
berkembang di dalam buah sehingga terjadi pembusukan karena ada infeksi
sekunder (bakteri/ jamur).
Pengendalian :
·
Penyemprotan
insektisida
·
Perangkap botol
dengan methyl eugenol
·
Bersihkan buah-buah
yang rontok kemudian kumpulkan dan dibakar untuk mencegah berulangnya siklus
serangan.
5.
Thrips (Thrips sp.)
Hama ini perkembangan sangat cepat
terutama di musim kemarau. Thrips menyerang di dekat tulang daun menyebabkan
kerusakan berwarna kecoklatan dan menyebabkan daun muda keriting membentuk
perahu. Thrips bisa berkembang biak tanpa kawin (parthenogenesis), membentuk
pupa di tanah dekat pangkal batang. Thrips juga dikenal sebagai penghantar virus (vektor). Pengendalian
dengan insektisida.
6.
Layu Nematoda
(Meloidogyne incognita)
Gejala serangan bisa terjadi di segala
usia tanaman. Gejala dimulai dengan terhentinya pertumbuhan, menguning dan
penampilan tanaman yang tidak sehat, layu, dan kematian tanaman terjadi pada
kondisi panas. Pada bagian bawah tanaman, terdapat sekumpulanmasa bintil akar.
Jika bintil dibuka dan diamati di mikroskrop akan tampak seperti hewan
menyerupai cacing.
Pengendalian :
·
Rotasi tanaman
dengan padi, bawang merah dan kol bunga.
·
Bakar tanaman
terserang. Pemberian pupuk kompos akan mengurangi populasi nematoda.
·
Pemberian
insektisida.
7.
Patek /Antraknosa
(Colletothrichum sp.)
Gejala serangan utama pada saat mulai
pemasakan buah. Gejala berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah,
kemudian menjadi busuk lunak. Patogen bisa terbawa benih dan bertahan juga pada
tanaman solanacea lainnya. Buah yang tua lebih mudah terserang dan terbawa
hingga pascapanen. Serangan tinggi
terutama pada musim hujan.
Pengendalian :
·
Perendaman benih
dengan air hangat
·
Rotasi tanaman
dengan padi, jagung, koll bunga dan bawang.
·
Panen dan bakar
buah-buah terserang
·
Penyemprotan
fungisida
8.
Teklik (Choanephore
sp.)
Cendawan ini menyerang tanaman bisa
mulai dari pembibitan hingga awal pembungaan. Cendawan membentuk koloni pada
jaringan tanaman yang sudah mati. Serangan pada musim hujan, dimulai dari salah
satu percabangan, gejala cabang berwarna coklat kehitaman sementara
cabang-cabang yang lain masih sehat. Cabang yang terserang akan menyebabkan
kelayuan daun-daun. Serangan juga terjadi pada pembungaan saat pembentukan
buah.
Pengendalian:
·
Sanitasi lingkungan
pertanaman
·
Penggunaan jarak
tanam tidak terlalu rapat
·
Penyemprotan
fungisida
9.
Virus
Perkembangan virus sangat cepat pada
saat panas tinggi terutama di musim
kemarau. Jika sudah terserang akan sulit dikendalikan.
Pengendalian: mencabut dan memusnahkan
tanaman yang terserang, mengendalikan serangga vektor, dan sterilisasi alat
pertanian.
Pengendalian hama dan penyakit di atas dapat
dilakukan dengan beberapa cara pengendalian antara lain:
A.
Mengganti budidaya
tanaman setiap musim
B.
Jaga jarak tanam, jangan
terlalu rapat kelembaban bisa dikurangi
C.
Kurangi penggunaan pupuk
urea sehingga tanaman lebih tahan penyakit
D.
Kebersihan lingkungan
harus selalu dijaga. Jika tanaman sudah terserang, pangkas pucuk tanaman yang
terserang kemudian bakar
E.
Pengapuran lahan sebelum
tanam untuk meningkatkan pH tanah dan mengurangi kemasaman tanah
F.
Pengaturan pengairan
dengan baik (jangan sampai air menggenang berlebihan), jika pertanaman pada
musim hujan maka bedengan agar dibuat lebih tinggi
G.
Pencelupan bibit ke dalam
air yang telah dicampur dengan pestisida organik, penyiraman dengan larutan
pestisida organik dengan takaran 1,5 gram/ liter air pada saat tanaman berumur
25-40hari setelah tanam
H.
Lakukan eradikasi pada
tanaman terserang dengan cara mencabut tanaman yang terserang
I.
Usahakan jangan sampai
tanahnya tercecer dan bertebaran kemana-mana karena dapat menulari tanaman yang
sehat. Setelah dicabut, taburi lubang bekas tanaman terserang tadi dengan kapur
secukupnya dan lubang ditutup kembali dengan tanah
C.
Alat
Peraga
Leaflet
merupakan salah satu jenis dari media cetak yang efektif digunakan dalam
berkomunikasi khususnya penyuluhan pertanian berbentuk lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan
tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau
peristiwa. Kelebihan leaflet yaitu:
1.
Lentur
2.
Sangat terkendali
3.
Biaya relatif rendah
4.
Peluang interaktif
5.
Menarik perhatian
6.
Lebih efektif dan efisien
7.
Sasaran lebih besar
bahkan menjadi bersifat massal.
Kekurangannya yaitu:
1.
Produksi yang berlebihan
bisa menyebabkan keluar biaya yang sia-sia
2.
Kemungkinan salah
persepsi lebih besar
3.
Kesulitan dalam
penerimaan oleh sasaran tidak dapat segera diketahui
4.
Memerlukan rancangan yang
matang dan perancang yang ahli
5.
Kurang cocok untuk
sasaran yang buta huruf.
Pada
leaflet yang dibuat berisi berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang
tanaman cabai yang akan disuluhkan. Sehingga dapat memantapkan pemahaman dunia
pertanian khususnya hama dan penyakit tanaman sehingga berbagai masalah pada
Kelompok Wanita Tani Siti Makmur terselesaikan.
Desain
pada leaflet sendiri, dimulai dari pemilihan latar berwarna hijau agar identik
dengan dunia pertanian yang berwarna hijau. Karena begitu banyak macam hama dan
penyakit yang ada pada tanaman cabai, pada per halamannya, kami bagi menjadi 2
sisi agar lebih menarik dan mudah untuk dipahami pembaca (tidak berantakan
kesannya). Selanjutnya pada setiap jenis hama atau penyakitnya kami usahakan
menyertakan gambar agar mudah dimengerti, karena jenis hama dan penyakit sangat
bervariasi dan sulit untuk ditentukan sehingga dengan disertai gambar akan
memudahkan pembaca tepat mengetahui hama atau penyakit yang menyerang tanaman
cabainya. Karena leaflet tidak menunjukkan nama pembuatnya, tetapi boleh dengan
menunjukkan lembaga pembuatnya, karena kami dari praktikum yang ada di
Universitas Gadjah Mada maka lembaga yang dimaksud yaitu Universitas Gadjah
Mada (UGM) yang kami tunjukkan dengan pemberian logo UGM. Tulisan dipilih
berwarna hitam agar terlihat jelas dan dengan gambar yang berwarna juga agar
tidak kalah dengan latarnya yang berwarna hijau muda.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
-
Pada tanaman cabai
terdapat berbagai jenis hama dan penyakit yang tentunya ada jalan keluar untuk
mengatasinya dengan cara mencegah maupun mengendalikannya. Maka perlu banyak
pengetahuan mengenai ciri-ciri masing-masing hama dan penyakit tanaman cabai.
-
Dalam bertani, pemahaman
mengenai bidang pertanian (irigasi, pemupukan, pemanenan, dll) harus tinggi
sehingga penyuluhan perlu diadakan agar pemahaman yang tinggi tersebut dapat
terwujud secara merata.
-
Dalam pembuatan alat
peraga disesuaikan dengan sasaran yang dituju dan produk yang akan ditawarkan
atau diinformasikan.
-
Penggunaan leaflet pada
penyuluhan digunakan untuk pusat informasi dan kita sebagai penyuluh sebagai
pembantu atau penjelas dalam penyampaian informasi pada leaflet yang
ditampilkan.
B.
Saran
-
Penyuluh seharusnya
sesuai dengan permasalahan bidang yang dipahaminya, karena jika tidak sesuai
akan menimbulkan masalah lagi
DAFTAR PUSTAKA
Effendi. S dan
Singarimbun, M. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana.
1989. Kamus Komunikasi. CV Mandar Maju, Bandung.
Suprapto,
Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Med Press, Yogyakarta.
Surachman
dan Iriantara. 2006. Public Relations
Writing, Pendekatan Teoritis dan Praktis. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Selasa, 14 Oktober 2014
Jumat, 19 September 2014
Satu Pohon Menguasai Semua
BOGOR, Indonesia (21 Oktober 2013) — Jika perkebunan sawit yang terkenal anti-keragaman hayati dibangun hanya pada lahan terdegradasi, mereka akan sedikit merusak keragaman hayati, demikian nasihat peneliti Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR).
“Masalah terbesarnya adalah
sawit seringkali dibudidayakan dengan mengorbankan hutan yang kaya akan
keragaman hayati,” kata Douglas Sheil, yang menjadi penulis bersama Perkebunan
minyak sawit dalam konteks konservasi keragaman hayati (Oil palm
plantations in the context of biodiversity conservation) bersama mitra
CIFOR, Erik Meijaard.
“Pertanyaan terpenting yang
perlu kita tanyakan yaitu jenis lahan apa yang seharusnya kita gunakan –
bagaimana kita membuat perusahaan mengembangkan perkebunan minyak sawit di
lahan non-hutan,” ujar Sheil.
“Jika kita hanya menggunakan
lahan terdegradasi, dampak keragaman hayati lebih kecil. Kita bisa melindungi
keragaman hayati dengan menghentikan konversi hutan alam menjadi minyak sawit.
Kita bisa melindungi hutan alam yang tersisa di lereng dan samping sungai,
contohnya, atau meregenerasi ketika dibutuhkan.”
Menghindari area hutan dalam
perancangan dan pembangunan minyak sawit belum menjadi kewajiban di Indonesia,
tambah Sheil, dan legislasi baru diperlukan guna mencegah dampak lebih jauh
terhadap hutan dan jasa hutan.
Hutan tidak hanya penting bagi
keragaman hayati, namun juga krusial dalam menjaga rantai makanan, penyediaan
produk hutan, serta pelayanan jasa pendukung seperti formasi lahan dan siklus
nutrisi, regulasi iklim dan kualitas air, beberapa kontribusi hutan seperti
yang dipaparkan dalam The Millenium Ecosystem Assessment.
SATU POHON MENGUASAI SEMUA
Industri minyak sawit meledak,
dan bukan tanpa alasan. “Emas hijau”, begitu sawit dijuluki oleh kelompok
lingkungan Friends
of the Earth, membuat kontribusi bernilai terhadap pembangunan
ekonomi di negara tropis yang memiliki tingkat kesejahteraan rendah.
Sawit juga memiliki
produktivitas lebih tinggi daripada tanaman penghasil-minyak lain seperti
kanola dan kelapa.
“Ada beragam tanaman minyak lain
tetapi tidak ada yang seefisien minyak sawit – khususnya pada tanah lebih
miskin,” kata Sheil. “Kita bisa memproduksi lebih banyak minyak pada sedikit
lahan dengan minyak sawit.”
Dan ada cara untuk membuat
industri minyak sawit lebih mendukung keragaman hayati, catat Sheil dan
Meijaard. Mereka merujuk pada strategi
“ramah alam liar” untuk menjaga sebanyak mungkin vegetasi perkebunan
sawit sebaik mungkin.
“Kami menemukan, misalnya, bahwa
di Sabah, Malaysia, setiap pohon alami di sebuah matriks minyak sawit itu
penting. Orangutan akan tetap kembali bahkan ke jejak hutan terkecil dalam
perkebunan minyak sawit tua,” kata Meijaard.
“Sangat penting untuk memahami
bahwa elemen kecil seperti hutan terlindung dan pepohonan di minyak sawit dapat
mendorong dan menjaga alam liar.”
Pilihan lain adalah menciptakan
koridor alam liar – rangkaian pohon di sepanjang perkebunan untuk menghubungkan
area hutan. Hutan tepian sungai merupakan contoh penting dalam hal ini, kata
Meijaard.
“Seringkali ini dibersihkan
untuk sawit walaupun seringkali mengakibatkan banjir yang menurunkan hasil
panen sawit. Membiarkan, ketimbang merubah hutan tepian sungai memberikan
alasan ekonomi dan ekologi.”
“Jadi, ya, berhenti mengubah
hutan terlebih dahulu, tetapi jika telah terjadi, penting sekali untuk
membangun fitur alami dalam bentang alam, seperti penanaman koridor dan
melindungi bukit,” tambahnya.
“Langkah penting berikutnya
adalah menjamin bahwa spesies dilindungi, seperti orangutan, tidak dibunuh.
Jumlah perburuan di banyak bagian Kalimantan menyapu populasi alam liar dan
perlu diregulasi serta dihentikan ketika dimungkinkan.”
“Untuk mengurangi dampak
ini, perlu penyadaran publik mengenai dampak perburuan terhadap populasi dan
keberadaan alam liar, sejalan dengan peningkatan penegakkan hukum,” kata
Meijaard.
LOKASI, LOKASI, LOKASI
Masalah terkait adalah bahwa pemilik
konsesi ingin wilayah besar homogen untuk mengembangkan perkebunan –
sebuah pendekatan yang berbahaya bagi alam liar dan jasa lingkungan karena
gagal mempertimbangkan variasi bentang alam dan nilai alam.
Tetapi ini tidak terlalu menjadi
masalah jika hanya lahan yang sudah terdegradasi digunakan untuk sawit, kata
Sheil dan Meijaard. Mereka merekomendasikan bahwa perkebunan sawit hanya
dijalankan di wilayah rendah keragaman hayati.
“Bagaimanapun, area seperti ini
seringkali diklaim oleh masyarakat lokal, sehingga konsultasi dan kompensasi
yang jujur dan terbuka diperlukan untuk menjamin bahwa rekomendasi strategi
tidak meningkatkan konflik masyarakat,” kata Meijaard.
“Pemikiran ulang lengkap
diperlukan untuk disain optimal perkebunan, dan kebijakan serta regulasi
diperlukan untuk menjamin bahwa ini memang diterapkan,” kata Meijaard, yang
juga meminta standar manajemen lebih baik.
“Beberapa perusahaan telah
mencoba untuk melindungi lingkungan. Hati mereka petani, dan bahkan jika
manajer senior ingin melakukan pendekatan lebih hijau, staf hanya mengerti
target penanaman tahunan.”
Solusinya bisa dengan menemukan
cara untuk membujuk perusahaan mengenai keuntungan menerapkan praktik ramah
keragaman hayati, seperti mengurangi konflik sosial, mengurangi dampak negatif
lingkungan dan meningkatkan akses pada pelanggan hijau (penting jika perusahaan
mengincar pasar Australia, Eropa dan AS).
“Jika kita bisa menunjukkan
bahwa ini memiliki keuntungan besar bagi perusahaan, ini akan menarik
lebih banyak perusahaan,” kata Meijaard.
Sumber : Riset ini dilakukan sebagai bagian
dari Program Riset
CGIAR mengenai Hutan, Tanaman dan Agroforestri. Untuk
informasi lebih mengenai isu yang didiskusikan dalam artikel ini, silahkan
hubungi Pablo Pacheco di p.pacheco@cgiar.org dan Erik Meijaard
di emeijaard@gmail.com.
Disusun oleh: RetnoWahyu Sulistiyani
NIM : 13185
Kelompok : VI
Golongan : A3.2 (DPKP)
Disusun oleh: RetnoWahyu Sulistiyani
NIM : 13185
Kelompok : VI
Golongan : A3.2 (DPKP)
Bertani karena Benar
Oleh: Kesima Bening Pagi
Fadly Padi Ber(t)ani Karena Benar
“Saya bangga jadi petani,” ujar Fadly, vokalis band Padi.
Di atas panggung Fadly mengalunkan lagu-lagu terkenal milik grup band Padi. Penampilannya necis, kerap kali berjaket kulit, menyanyikan lagu-lagu hits yang akrab di telinga. Itu fadly di atas panggung. Fadly yang Trubus temui di rumah singgahnya di kawasan Pondokcabe, Tangerang Selatan, provinsi banten berkaos sederhana, bercaping mengenakan jeans yang dilipat hingga selutut, dan sandal jepit.
Di kaosnya terpampang tulisan Ber(t)ani Karena Benar. Pemilik nama lengkap Andi Fadly Arifuddin menuturkan semboyan itu menunjuk pada sistem pertanian yang ia terapkan di halaman rumah singgahnya di Pamulang. Di sana Fadly bertani secara ramah lingkungan. “Sayuran yang saya tanam bebas pupuk dan pestisida”, ujar Fadly.
Garden Tower
Di halaman rumah itu Trubus melihat sebuah drum plastic berwarna biru ditumbuhi bayam merah di sisi-sisinya. Fadly memanfaatkan drum berkapasitas 25 liter itu sebagai wadah tanam vertikultur. Menurut DR Ir Anas Dinurrohman Susila MSi, dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, vertikultur atau vertical culture berarti penanaman secara bertingkata atau tersusun ke atas. “Dengan vertikultur, kendala keterbatasan tempat bias diatasi,” ujar Anas.
Fadly meletakkan sebuah pipa polivinil klorida (PVC) berlubang di tengah drum, lalu menyayat bagian pinggir drum selebar 5 cm. Ayah 4 anak itu mengisi drum dengan tanah sebagai media tanam dan sampah organic ke dalam pipa PVC. Lalu ia menanam sejumput benih bayam di bagian pinggir drum. Dengan cara itu Fadly tak perlu memupuk tanaman. “Drum aie ini namanya Garden Tower. Prinsip kerjanya mirip biopori,” kata Fadly.
Penyanyi alumnus Universitas airlangga itu memasukkan cacing tanah ke dalam drum. Menurut Juang Gema Kartika, dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, kotoran cacing tanah kaya akan unsur hara. Aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) di dalam tanah.
Fadly memanfaatkan barang-barang bekas menjadi pot alias wadah tanam. Mulai dari bathtub bekas, botol air mineral, bak mandi bayi, gentong air, drum wadah cat, jeriken, dan ember bekas. Di ember bekas Fadly menanam bayam, di jeriken ada cabai rawit dan di drum cat: sirih merah dan belimbing. “Teknik yang saya terapkan murah karena menggunakan barang-barang bekas,” tuturnya.
Meski jadwal manggung padat, Fadly tetap menyempatkan merawat sendiri tanamannya. Di lahan seluas 130 m2 dengan berbagai jenis sayuran dan memelihara ikan. Dua kali dalam sepekan, ia mengunjungi rumah itu. Fadly tak segan menyemai, menyiran, memupuk, dan menanam. Sehari-hari ada 2 pekerja membantu Fadly memastikan tanaman tumbuh sehat.
Darah ayah
Fadly mulai bertani di sana sejak empat tahun lalu ketika ia jenuh menekuni dunia music yang membesarkan namanya. Kebetulan, halaman rumah singgah yang baru cuku luas. Ia belajar bertani secara ototdidak, salah satunya dengan membaca Trubus. “Ayah saya langganan Trubus sejak saya kecil,” ujar Fadly. Pria ramah itu pun langsung menyodorkan bundle Trubus tahun 1983 sebagai bi\ukti ucapannya.
Pria kelahiran Makasar, Sulawesi Selatan, itu memang mewarisi kegemaran bercocok tanam dari sang ayah. Sewaktu kecil, ayahnya sering mengajak Fadly ke kebun keluarga. Kenangan masa kecil itu kini ia teruskan pada anak-anaknya. Suami Dessy aulia itu mengajarkan keempat anaknya untuk menjaga alam dan belajar bercocok tanam. “Kami ingin melakukan sesuatu untuk alam, setidaknya dengan sedikit mungkin melakukan kerusakan alam,” ujar Fadly.
Fadly memelihara ikan bawal, nila, dan gurami di kolam seluas 11 m x 1,2 m. di bagian belakang, ia mengolamkan udang di bak berukuran 1 m x 1, 5 m. di atas setiap kolam, pria setingi 175 cm itu menanam sayuran. “Saya menerapkan sistem akuaponik,” ujar Fadly.
Di atas kolam bawal, pria kelahiran 13 Juni 1975 itu menyulap bathtub bekas menjadi wadah tanam. Fadly menanam bayam, kangkung, tomat, dan cabai serta talas dan pepaya. Ia ingin membuktikan sistem akuaponik juga cocok dipakai untuk menanam tanaman buah. Disebut akuaponik lantaran sistem itu terdiri atas akuakultur alias budidaya ikan dan hidroponik. Praktikud hidroponik di Jakarta, Ir Yos Sutiyoso, menuturkan tanaman, ikan, dan bakteri menjadi unsur penting dalam sistem akuaponik karena keberadaan ketiganya melahirkan simbiosis mutualisme.
Ikan menyumbang hara berupa sisa pakan dan kotoran. Bakteri menyaring dan mengubah ammonia menjadi nitrat, zat yang berfungdi sebagai pupuk bagi tanaman. Tanaman juga tahu membalas memjasa dengan memasok oksigen yang diperlukan ikan. Air yang kaya oksigen itu secara otomatis akan mengalir lagi ke kolam dengan keadaan bersih. “Jadi, tidak repot mengganti air dalam kolam,” ujar Fadly.
Hasil panen sayuran dan ikan dikonsumsi seluruh anggota keluarga. Ia juga membagikan pada rekan dari bunia music. Fadly berharap, teman-temanny juga mau ikut menanam. Menurut Gusman, manajer Fadly, hobi Fadly bercocok tanam tergolong unik dikalangan artis. “Masak musikus lebih suka baca majalah Trubus dari pada majalah musik?” ujar Gusman. Meski begitu, Fadly bangga jadi petani. (Kartika Restu Susilo)
Sumber: Trubus 529-Desember 2013/XLIV
Nama : Kesima Bening Pagi
NIM : 13163
Kelompok : VI
Golongan : A3.2 (DPKP)
Refleksi Pengembangan Petani Indonesia
Oleh: RIZAL DZIKRI
Aliansi Petani Indonesia yang
didirikan oleh organisasi petani tingkat kabupaten pada tahun 2001 dan
merupakan perkumpulan yang berbentuk aliansi dimana salah satu agenda pokok
dalam program utama organisasi adalah pengembangan pertanian yang ramah lingkungan.
Meskipun disadari bahwa penerapan sistem pertanian berkelanjutan memiliki
keberagaman metode pendekatan dikarenakan perbedaan topografi, budaya dan
komoditas tanaman yang dikembangkan.
Sebagai contoh dalam perbedaan
topografi, antara dataran tinggi lahan kering (up land) dan dataran rendah (low
land) dengan irigasi tehnis persawahan atau dataran rendah lahan kering tadah
hujan. Karakteristik alam tersebut mengisyaratkan adanya perbedaan dalam hal
sistem budidaya tanaman yang dikembangkan dengan pilihan tanaman yang beraneka
ragam (tumpangsari) dengan tujuan utamanya untuk memulihkan kondisi tanah
secara fisik dan kimiawi.
Dengan memahami perbedaan
karakteristik wilayah, identitas budaya dikalangan masyarakat petani dan
pedesaan dan ketersediaan sumberdaya ditingkat lokal baik pengetahuan
(indigenous knowledge) maupun keragaman sumberdaya hayati. Strategi pendekatan
yang dikembangkan untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan diantara anggota
API adalah dengan kombinasi yang menggunakan praktek-praktek pertanian alami
dengan pengetahuan baru namun mudah diaplikasikan.
Sebagai mata program dan lebih
lanjut adalah agenda petani (khususnya anggota API) di masa depan bahwa
pertanian alami yang dikembangkan lebih pada peningkatan kapasitas organisasi tani
melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan pada titik tekan proses
nalar pikir petani dengan metode pendekatan participatory action research,
karena petani tidak memiliki kelembagaan formal seperti sekolah dengan gurunya.
Selama ini, petani hanya memiliki fasilitator dari pemerintah dan lembaga NGO.
Proses pendidikan pertanian
alami memberikan jaminan dan kepastian tentang apa yang dimaksud dengan
partisipasi petani dalam bertani. Pengalaman menunjukkan bahwa praktek-praktek
pertanian alami yang diselenggarakan di beberapa wilayah di Jambi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulteng dimana proses penyebar luasan
tehnologi bertani secara alami dan organik akan berhasil jika dimulai di
tingkatan petani, sehingga pada gilirannya, model bertani secara alami memiliki
artikulasi yang penting tentang apa yang dimaksud dengan media pendidikan
horisontal, dimana dalam proses yang berlangsung memiliki perbedaan dengan
model pertanian ala revolusi hijau dimana tenaga ahli yang didatangkan dari luar,
baik tenaga ahli tehnis budidaya tanaman dan tenaga ahli tehnologi pertanian.
Alur pendidikan pertanian
alami yang berbasis konteks sumberdaya lokal sebenarnya akan berkontribusi
terhadap akses atau peluang yang luas bagi kelompok-kelompok petani untuk
menjadi pintar dan cerdas. Sebagai rujukan, pengalaman petani di lahan
kering di Bali Barat, bagian selatan Jawa Timur, pertanian alami yang di
praktekkan merupakan hasil kombinasi antara tehnologi pertanian yang
terwariskan secara turun temurun dengan nalar yang selalu diperbaharui menurut
konteksnya. Dan inilah yang dimaksud oleh Gunnar Rundgren bahwa akan terjadi
revitalisasi nilai lama dan pembentukan nilai baru dalam masyarakat petani
.
Dalam proses pembelajaran tentang sistem pertanian alami, faktor penting
yang perlu ditekankan bahwa muatan pertanian alami sesungguhnya mengandalkan
pada sumberdaya lokal seperti penggunaan dan pemeliharaan bibit lokal,
pemanfaatan limbah pertanian alami, kotoran ternak, maka nilai-nilai kearifan
lokal (wisdom) terhadap pengelolaan dan penataan sumberdaya dengan sendirinya
akan menjadi bahan dan sumber dialog ditingkatan petani (horisontal) dan
sekaligus menjadi cara pandang dalam sistem pertanian secara alami. Dengan
demikian, sekaligus untuk menjawab keikut sertaan dari apa yang dilakukan oleh
pihak luar sebatas diperlukan jika petani hanya memerlukan jawaban atas
masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan persoalan-persoalan praktis di
lapangan dan peran dari pihak luar hanya untuk memfasilitasi dengan pihak lain.
Hubungan sosial dalam
pertanian alami menekankan pada tanggung jawab sosial manusia terhadap alam dan
menjamin keberlangsungan ekologi sehingga generasi mendatang dapat menikmati
keberlanjutannya terhadap akses benih, air dan hak atas tanah yang subur. Dengan
demikian, proses pengembangan pertanian alami dalam konteks sosial
mengarah kepada apa yang terjadi dalam perubahan sosial di pedesaan dalam
konsepsi budaya. Artinya bahwa introduksi pertanian alami ditingkat petani
secara sosial mempengaruhi perubahan budaya yang ditandai dengan adanya
perubahan terhadap nilai-nilai hidup komunitas (kosmologi dan antropo sentris).
Perubahan budaya seperti apa
yang dijelaskan diatas untuk menjawab isu-isu mendasar di pedesaan, seperti
demokratisasi, gender, relasi patron-client, ketimpangan kepemilikan dan
penggunaan sumberdaya. (Franciscus Wahono).
Pertanian Alami Menjawab
Kerusakan Ekologi dan Kerentanan Pangan
Kegiatan pertanian alami sebagaimana kegiatan pertanian pada umumnya
adalah kegiatan dimana kegiatan produksi mulai penataan dan pengolahan lahan,
penataan produksi dan memperbaiki saluran distribusi hingga pada konsumsi,
bukan saja untuk memperbanyak makanan sampai berkelimpahan, tetapi yang lebih
penting dalam kegiatan pertanian alami adalah faktor ketuhanan, manusia, alam,
dan teknologi.
Pemahaman diatas, pada
dasarnya terkandung suatu tujuan, yakni berupa kemakmuran masyarakat, dimana
titik tekan pada kelangsungan hidup petani. Makna tersebut mengandung arti
pentingnya kesadaran baru terhadap keberlangsungan dan kelestarian lingkungan
hidup, yaitu kelestarian terhadap hidup petani, keturunannya, dan alam
sekitarnya.
Aspek penting dalam kekuatan
pertanian alami sebagaimana dijelaskan diatas, adalah kekuatan dalam hal
mempengaruhi pola berfikir dan sikap hidup petani dalam hal memilih,
mengalokasikan, dan mengelola sumberdaya untuk produksi, distribusi dan
konsumsi. Dimana keseluruhan proses tersebut sebagai dasar dalam
mempertimbangkan untuk keberlangsungan hidup masa kini dan yang akan datang.
Dalam pengambilan keputusan
ditingkat rumah tangga petani dan kelompok-kelompok tani, salah satu aspek
pertimbangan untuk menentukan dan memutuskan bagaimana memilih, mengelola dan
mengalokasikan sumber daya, tidak lagi didasarkan pada segi-segi praktis
berkenaan dengan tingkat harga dan kecukupan akan ketersediaan barang di
pasaran, namun hal tersebut memperluas perspektif dan memiliki kekuatan
untuk memperpanjang daur energi. Dapat dipahami kemudian, kekhawatiran
akan kelangkaan sumberdaya dengan sendirinya dapat diatasi dan terpenting bahwa
petani tidak tercerabut dari tradisi dan akar budayanya dalam kegiatan
pertanian.
Sebagaimana pengalaman
kelompok-kelompok tani di desa Kalibatur, Kab. Tulungagung, penanaman padi
pandan wangi (salah satu jenis padi lokal unggul) pada musim tanam yang lalu di
atas lahan seluas 750m², dengan menggunakan pupuk kompos, pencegahan hama
dengan mikroba I sampai III, dengan benih sekitar 10 kg, menghasilkan gabah
kering sebanyak 450 kg. Pengalaman pertanian dengan penggunaan asupan kimia
sangat rendah ini ternyata sangat berbeda dibandingkan dengan pola pertanian
yang menggunakan asupan luar seperti pupuk dan pestisida kimia. Dengan jumlah
benih relatif sama hanya mampu berproduksi menghasilkan gabah kering 250 kg.
Disamping itu, gabah kering
hasil panen yang diperoleh selanjutnya dibagi-bagi ke anggota organisasi tani
maupun tetangga yang berminat dengan mekanisme apa yang disebut dengan tukar
menukar benih (ijol). Maksudnya, jika gabah panen tersebut ditanam kembali,
kelak pada saat panen mereka juga akan membagikan kepada tetangga sejumlah
benih yang dipinjam pada saat tanam. Proses interaksi budaya pertanian seperti
ini merupakan pengetahuan lokal yang dimiliki oleh petani meskipun usaha
tersebut berhadapan dengan sikap hidup pragmatisme atau komersialisasi pedesaan
dengan nilai-nilai hidup yang di ukur serba uang.
Proses tukar menukar
benih yang baik tersebut perlahan akan membentuk lumbung benih petani.
Dari konsep itu akan teridentifikasi siapa saja yang menyimpan benih
tersebut, dan demikian seterusnya. Pada giliranya, ditingkat petani dan desa
akan ada jaminan akan ketersediaan benih yang beragam dan sesuai dengan
tanahnya akan selalu menjadi bagian tanggung-jawab kolektif (komunitas),
seperti halnya dalam penggunaan air.
Dengan demikian, sistem
pertanian alami akan menghasilkan lumbung benih komunitas, dan berbeda dengan
cara kerja Dolog karena bersifat material seperti adanya pergudangan yang
membutuhkan lahan dan hal-hal administrasi lainya yang akan berdampak terhadap
besaran biaya untuk mengoperasionalkan sementara itu tujuannya hanya
menempatkan gabah panenan. Lumbung benih konsep petani dengan sistem pertanian
alami, justru ditanam dan selanjutnya akan ditanam kembali. Hal ini sebenarnya
adalah usaha bersama yang berwatak kolektif dan bersifat pengetahuan empiris
dan kelak jika proses tersebut tidak mendapat gangguan yang cukup nyata dari
luar, terjadi proses stabilisasi strain (varietas) yang cocok dengan kondisi
tanah setempat.
Hal lain yang ingin
diungkapkan, petani dan komunitas pedesaan lainnya turut memperoleh keuntungan
ekologis karena akan dihasilkan varietas yang stabil produksinya, sekaligus
memastikan bahwa varietas tersebut tidak akan hilang dan punah dikarenakan
kerusakan fisik, kimia, perubahan cuaca, atau kerusakan lain karena penanganan
yang tidak sesuai.
Sistem pertanian alami yang
dikembangkan di tingkat petani dan komunitasnya dalam perspektif ekologi sosial
mempunyai fungsi sosial yang lebih strategis dalam hal membangun kerangka
kerja yang mendukung proses bersama dalam memilih, mengalokasikan, dan
mengelola sumberdayanya. Dengan demikian, kesanggupan dan ketrampilan cara
pertanian alami terbentuk pola aling mendukung antar pelaku dikalangan
masyarakat pedesaan dan pada tujuan akhirnya lingkungan hayati tempat semua
proses berlangsung menjamin keberlangsungan produksi, ketersediaan produksi dan
sumber energi yang terbarukan sekaligus menjamin akses konsumsi pangan yang
bermutu dan sehat.
(
Dinarasikan dari FGD dan wawancara mendalam di beberapa tempat di anggota API
yang menerapkan sistem pertanian alami model Natural Farming di wilayah Malang
Selatan (Kopi), Jombang dan Tulungagung (Padi) dan Bali Barat (Buleleng dan
Jembrana) dan Sumbawa Besar)
Nama : RIZAL DZIKRI
NIM : 13267
Kelompok : VI
Golongan : A3.2 (DPKP)
Nama : RIZAL DZIKRI
NIM : 13267
Kelompok : VI
Golongan : A3.2 (DPKP)
Langganan:
Postingan (Atom)