Jumat, 19 September 2014

Teknologi Bioflok Hemat Pakan Ikan

Oleh: Ernesia Sekarlangit Wirabuana



Negara Indonesia  merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah untuk dapat dimanfaatkan. Daerah Sulawesi yang termasuk daerah budidaya perikanan yang memiliki tambak yang terbentang luas mulai dari bagian bawah sampai bagian atas Makassar, tambak terbentang sejauh mata memandang.

Namun berbagai penyakit dan tingginya harga pakan ikan membuat produksi ikan semakin hari semakin menurun.  Ditambah lagi sudah 2 dekade terakhir perikan tangkap mengalami stagnasi atau bahkan mengalami penurunan disebabkanover fishing.

Muh. Junda, Dosen Biologi FMIPA UNM mencoba menerapkan inovasi yang terbaru pada aqua culture (budidaya perikanan) dengan menerapkan teknologi bioflok. Teknologi bioflok adalah teknologi yang memanfaatkan hasil metabolisme ikan atau udang yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein yang dapat dimanfaatkan oleh ikan atau udang, sehingga ikan atau udang tersebut memperoleh protein tambahan dari bioflok disamping pakan yang diberikan.

“Saya melihat banyak sumber daya alam di bumi ini yang dapat dimanfaatkan dan setiap makhluk hidup yang ada di bumi ini saling terikat dan bermanfaat untuk makluk hidup itu sendiri,” jelas Junda.

Teknologi bioflock yang diterapkan oleh Junda bahan utamanya sudah ada di alam yang terbentuk secara alamiah yaitu bakteri dan alga. Alat bantu yang digunakan dalam proses bioflock juga terbuat dari bahan yang mudah dan murah di dapat serta dapat dirakit sendiri.

Teknologi bioflock ini berbeda dengan budidaya perikanan secara konvensional yang melakukan pergantian air. Proses pergantian air merupakan cara yang malah memperburuk keadaan karena air yang dibuang merupakan limbah dan akan tercemar di area tambak yang lain. Pada tahapbioflock ini tidak ada proses pergantian air yang dilakukan, tapi hanya dilakukan penambahan air. Jadi, yang berperan untuk menghilangkan ammonia di dalam air adalah mikroba.

Bioflock ini bekerja dengan saling ketergantungan organisme bakteri dengan alga dan lingkungannya. Bakteri dan alga ini sudah terbentuk secara alami. Bakteri yang berperan dalam teknologi bioflock ini adalah bakteri heterotroph yang merupakan bakteri yang dapat mengkonversi NH3 menjadi biomassa bakteri dengan cepat.  NH3 ini merupakan toksin, namun jika dipandang NH3 memberikan energi pada bakteri untuk proses hidupnya.

Kemudian bakteri yang bergabung dengan alga dapat menyaring air dari ammonia yang merupakan toksin bagi ikan, dan juga membentuk agregat yang dapat menjadi pakan alami pada ikan. Alga memberikan senyawa-senyawa yang dibutuhkan bagi bakteri, dan bakteri merombak senyawa-senyawa yang dibutuhkan. Bakteri dan alga ini sudah terbentuk secara alami dan akan berkembang.
Selanjutnya, kunci utama sehingga pada teknologi bioflock ini tidak dilakukan proses pergantian air yaitu pembuatan kincir air. Dengan pemanfaatan kincir air berfungsi untuk proses masukan oksigen di dalam air agar tetap berjalan normal, karena bakteri yang sebagai peranan penting dalambioflock ini sangat membutuhkan oksigen. Jumlah kincir yang digunakan pada tambak bergantung pada berapa banyak kepadatan ikan atau udang yang ada.

Setiap satu kincir berkemanpuan memberikan bantuan oksingen untuk sekitar 600 kg ikan atau udang. Di samping itu, setiap harinya ikan atau udang tetap diberikan pakan buatan selama empat kali dengan jumlah hanya sekitar 5-10%. Pakan yang diberikan merupakan  pakan yang rendah protein karena hasil teknologi bioflok ini sudah menghasilkan pakan alami dengan protein yang tinggi.

Menurut Junda, Teknologi Bioflock ini ramah lingkungan karena pencemaran air dapat ditekan, kemudian pemberian pakan buatan yang harganya mahal diminimalisir karena telah terbuntuk pakan secara alami. Teknologi bioflock ini telah diterapkan Junda dan keluarganya pada tambak udangnya di Sigeri, Kabupaten Pangkep. Pakan alami dari Bioflock ini telah memberikan keuntungan yang besar .

Bioflock dapat mempercepat proses panen antara selisih 1 bulan sampai 2 bulan (72- 80 hari) sementara budidaya konvensional dapat mencapai 4 bulan, dan hasil produktifitas yang dihasilkan jauh berbeda” terang Junda.

Pada bioflock itu sendiri menggunakan tiga aspek yaitu Biologi dengan adanya bakteri, Kimia dengan pemberian kapur, dan Fisika dengan pemasangan kincir air.

“Padahal pada aspek bioflock yang saya terapkan saat ini belum maksimal, karena tidak ada pemberian kapur namun masih aspek biologi dan fisika hasilnya sudah sangat memuaskan,” papar dosen Biologi ini. Akhirnya, Alumnus S1 UNHAS ini berharap agar orang-orang dapat melihat peluang yang bermanfaat dari kekayaan alam sekitar

http://budidaya-ikan.com/teknologi-bioflok-hemat-pakan-ikan/


Nama          : Ernesia Sekarlangit WIrabuana
NIM           : 13378
Kelompok   : VI
Golongan     : A3.2


1 komentar:

  1. Nama : Umi Salamah
    NIM : 13164
    Kelompok : V (Lima)
    Golongan : A3.2

    A. Nilai-nilai yang terdapat didalam artikel adalah :

    - Ada sumber teknologi atau ide, yaitu teknologi bioflock
    - Ada sasaran
    Sasaran langsung, yaitu antara Junda dengan keluarganya
    Sasaran tidak langsung, yaitu petani ikan sekitar, agen sarana produksi, konsumen dan para pedagang ikan.
    - Ada manfaat, yaitu menghasilakn protein yang baik untuk ikan dan udang dari hasil metabolisme udang dan ikan itu sendiri dengan bantuan nitrogen. Hemat biaya karena bahan yang digunakan murah dan mudah serta dapat dibuat sendiri. Dapat mengurangi pemberian pakan buatan, dan memberikan keuntungan yang besar karena ikan atau udang dapat dipanen lebih cepat.
    - Ada nilai pendidikan, yaitu karena dengan adanya teknologi bioflock ini maka para petani perikanan khususnya di daearah Sulawesi dapat mengatasi berbagai penyakit yang ada di tambaknya dengan bantuan mikroba dan menghemat biaya akibat tingginya harga pakan buatan.

    B. Nilai berita yang terkandung didalam artikel adalah :

    -Timelines : tidak basi karena masih sering dibicarakan dan teknologi yang ada perlu dikembangkan. Dipublikasikan pada 21 Mei 2013.
    - Proximity : dekat dengan petani karena berhubungan dengan budidaya yang diterapkan dan alam sekitar.
    - Importance : teknologi bioflock dapat memberikan informasi kepada petambak untuk mengatasi penyakit yang ada di tambaknya dan bagaimana cara menghasilkan makanan alami untuk ikan atau udang yang dibudidayakannya.
    -Policy : teknologi bioflock dapat menunjang kegiatan budidaya ikan atau udang yang ada di daerah Sulawesi itu sendiri dari perawatannya.
    - Consequense : dapat memberikan terobosan baru kepada petambak untuk membudidayakan ikan atau udang dengan mudah dan menghasilkan produktivitas tinggi.
    - Conflict : banyaknya penyakit yang ada pada tambak petani ikan, harga pakan buatan yang tinggi, stagnasi atau bahkan penurunan ikan tangkap akibat adanya over fishing,.
    - Development : dengan teknologi bioflock Junda dan keluarganya dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dari budidaya ikan yang dikembangkannnya dibandingkan dengan menggunakan budidaya secara konvesional.

    BalasHapus