Negara Indonesia merupakan
negara maritim yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah untuk dapat
dimanfaatkan. Daerah Sulawesi yang termasuk daerah budidaya perikanan yang
memiliki tambak yang terbentang luas mulai dari bagian bawah sampai bagian atas
Makassar, tambak terbentang sejauh mata memandang.
Namun berbagai penyakit dan tingginya harga pakan ikan membuat produksi
ikan semakin hari semakin menurun.
Ditambah lagi sudah 2 dekade terakhir perikan tangkap mengalami stagnasi
atau bahkan mengalami penurunan disebabkanover
fishing.
Muh. Junda, Dosen Biologi FMIPA UNM mencoba menerapkan inovasi yang
terbaru pada aqua culture (budidaya
perikanan) dengan menerapkan teknologi bioflok. Teknologi bioflok adalah
teknologi yang memanfaatkan hasil metabolisme ikan atau udang yang mengandung
nitrogen untuk diubah menjadi protein yang dapat dimanfaatkan oleh ikan atau
udang, sehingga ikan atau udang tersebut memperoleh protein tambahan dari
bioflok disamping pakan yang diberikan.
“Saya melihat banyak sumber daya alam di bumi ini yang dapat
dimanfaatkan dan setiap makhluk hidup yang ada di bumi ini saling terikat dan
bermanfaat untuk makluk hidup itu sendiri,” jelas Junda.
Teknologi bioflock yang
diterapkan oleh Junda bahan utamanya sudah ada di alam yang terbentuk secara
alamiah yaitu bakteri dan alga. Alat bantu yang digunakan dalam proses bioflock juga terbuat dari bahan yang
mudah dan murah di dapat serta dapat dirakit sendiri.
Teknologi bioflock ini
berbeda dengan budidaya perikanan secara konvensional yang melakukan pergantian
air. Proses pergantian air merupakan cara yang malah memperburuk keadaan karena
air yang dibuang merupakan limbah dan akan tercemar di area tambak yang lain.
Pada tahapbioflock ini tidak ada
proses pergantian air yang dilakukan, tapi hanya dilakukan penambahan air.
Jadi, yang berperan untuk menghilangkan ammonia di dalam air adalah mikroba.
Bioflock ini bekerja dengan saling
ketergantungan organisme bakteri dengan alga dan lingkungannya. Bakteri dan
alga ini sudah terbentuk secara alami. Bakteri yang berperan dalam teknologi bioflock ini adalah bakteri heterotroph
yang merupakan bakteri yang dapat mengkonversi NH3 menjadi biomassa bakteri
dengan cepat. NH3 ini merupakan toksin,
namun jika dipandang NH3 memberikan energi pada bakteri untuk proses hidupnya.
Kemudian bakteri yang bergabung dengan alga dapat menyaring air dari
ammonia yang merupakan toksin bagi ikan, dan juga membentuk agregat yang dapat
menjadi pakan alami pada ikan. Alga memberikan senyawa-senyawa yang dibutuhkan
bagi bakteri, dan bakteri merombak senyawa-senyawa yang dibutuhkan. Bakteri dan
alga ini sudah terbentuk secara alami dan akan berkembang.
Selanjutnya, kunci utama sehingga pada teknologi bioflock ini tidak dilakukan proses pergantian air yaitu pembuatan
kincir air. Dengan pemanfaatan kincir air berfungsi untuk proses masukan
oksigen di dalam air agar tetap berjalan normal, karena bakteri yang sebagai
peranan penting dalambioflock ini
sangat membutuhkan oksigen. Jumlah kincir yang digunakan pada tambak bergantung
pada berapa banyak kepadatan ikan atau udang yang ada.
Setiap satu kincir berkemanpuan memberikan bantuan oksingen untuk
sekitar 600 kg ikan atau udang. Di samping itu, setiap harinya ikan atau udang
tetap diberikan pakan buatan selama empat kali dengan jumlah hanya sekitar
5-10%. Pakan yang diberikan merupakan
pakan yang rendah protein karena hasil teknologi bioflok ini sudah
menghasilkan pakan alami dengan protein yang tinggi.
Menurut Junda, Teknologi Bioflock
ini ramah lingkungan karena pencemaran air dapat ditekan, kemudian
pemberian pakan buatan yang harganya mahal diminimalisir karena telah terbuntuk
pakan secara alami. Teknologi bioflock ini
telah diterapkan Junda dan keluarganya pada tambak udangnya di Sigeri,
Kabupaten Pangkep. Pakan alami dari Bioflock
ini telah memberikan keuntungan yang besar .
“Bioflock dapat mempercepat
proses panen antara selisih 1 bulan sampai 2 bulan (72- 80 hari) sementara
budidaya konvensional dapat mencapai 4 bulan, dan hasil produktifitas yang
dihasilkan jauh berbeda” terang Junda.
Pada bioflock itu sendiri
menggunakan tiga aspek yaitu Biologi dengan adanya bakteri, Kimia dengan
pemberian kapur, dan Fisika dengan pemasangan kincir air.
“Padahal pada aspek bioflock
yang saya terapkan saat ini belum maksimal, karena tidak ada pemberian kapur
namun masih aspek biologi dan fisika hasilnya sudah sangat memuaskan,” papar
dosen Biologi ini. Akhirnya, Alumnus S1 UNHAS ini berharap agar orang-orang
dapat melihat peluang yang bermanfaat dari kekayaan alam sekitar
http://budidaya-ikan.com/teknologi-bioflok-hemat-pakan-ikan/
Nama : Ernesia Sekarlangit WIrabuana
NIM : 13378
Kelompok : VI
Golongan : A3.2
Nama : Umi Salamah
BalasHapusNIM : 13164
Kelompok : V (Lima)
Golongan : A3.2
A. Nilai-nilai yang terdapat didalam artikel adalah :
- Ada sumber teknologi atau ide, yaitu teknologi bioflock
- Ada sasaran
Sasaran langsung, yaitu antara Junda dengan keluarganya
Sasaran tidak langsung, yaitu petani ikan sekitar, agen sarana produksi, konsumen dan para pedagang ikan.
- Ada manfaat, yaitu menghasilakn protein yang baik untuk ikan dan udang dari hasil metabolisme udang dan ikan itu sendiri dengan bantuan nitrogen. Hemat biaya karena bahan yang digunakan murah dan mudah serta dapat dibuat sendiri. Dapat mengurangi pemberian pakan buatan, dan memberikan keuntungan yang besar karena ikan atau udang dapat dipanen lebih cepat.
- Ada nilai pendidikan, yaitu karena dengan adanya teknologi bioflock ini maka para petani perikanan khususnya di daearah Sulawesi dapat mengatasi berbagai penyakit yang ada di tambaknya dengan bantuan mikroba dan menghemat biaya akibat tingginya harga pakan buatan.
B. Nilai berita yang terkandung didalam artikel adalah :
-Timelines : tidak basi karena masih sering dibicarakan dan teknologi yang ada perlu dikembangkan. Dipublikasikan pada 21 Mei 2013.
- Proximity : dekat dengan petani karena berhubungan dengan budidaya yang diterapkan dan alam sekitar.
- Importance : teknologi bioflock dapat memberikan informasi kepada petambak untuk mengatasi penyakit yang ada di tambaknya dan bagaimana cara menghasilkan makanan alami untuk ikan atau udang yang dibudidayakannya.
-Policy : teknologi bioflock dapat menunjang kegiatan budidaya ikan atau udang yang ada di daerah Sulawesi itu sendiri dari perawatannya.
- Consequense : dapat memberikan terobosan baru kepada petambak untuk membudidayakan ikan atau udang dengan mudah dan menghasilkan produktivitas tinggi.
- Conflict : banyaknya penyakit yang ada pada tambak petani ikan, harga pakan buatan yang tinggi, stagnasi atau bahkan penurunan ikan tangkap akibat adanya over fishing,.
- Development : dengan teknologi bioflock Junda dan keluarganya dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dari budidaya ikan yang dikembangkannnya dibandingkan dengan menggunakan budidaya secara konvesional.