Rabu, 15 Oktober 2014

leaflet hama dan penyakit tanaman cabai



kunjungan wawancara kelompok tani/KWT

LAPORAN ACARA IV
KUNJUNGAN WAWANCARA KELOMPOK TANI/KWT



Oleh :
1.        Ernesia Sekarlangit W             / 13378
2.        Kesima Bening Pagi                / 13163
3.        Retno Wahyu Sulistiyani         / 13185
4.        Rizal Dzikri                              / 13267
Golongan                : A3.2
Kelompok               : VI (enam)
Asisten                    : 1. Dasy Ratna Sari
                                  2. Neni Kholimah
                                  3. Vianita Meiranti





LABORATORIUM PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Media massa adalah sarana untuk menyalurkan pesan oleh seseorang atau kelompok orang kepada sejumlah orang banyak yang terpencar-pencar. Media massa terbagi 2 berdasarkan waktu, yaitu media massa periodik dan non periodik. Komunikasi meliputi 5 unsur, yaitu (Effendi dan Singarimbun, 2006):
1.      Komunikator, yang melakukan atau menyampaikan pesan komunikasi.
2.      Pesan, sesuatu yang disampaikan.
3.      Medium, media atau saluran yang digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan.
4.      Komunikan, pihak yang menjadi tujuan komunikasi atau sasaran-sasaran komunikasi.
5.      Efek, pengaruh atau dampak yang ditimbulkan pesan dalam diri komunikan.
Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide, berita dan sebagainya kepada orang banyak. Media yang digunakan biasanya radio, televisi, surat kabar, internet, majalah, dan film. Kekuatan suatu media massa terletak pada besarnya jumlah audience yang menerima informasi yang disampaikan dengan cepat. Masing-masing media akan menimbulkan rangsangan yang berbeda-beda pada penerima informasinya sesuai daya rangsangnya, dan pengaruhnya pun akan berbeda di tiap individu (Suprapto, 2009).
Leaflet merupakan lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa (Effendy, 1989). 
Desain leaflet merupakan bentuk tradisional promosi dan periklanan. Dalam perkembangan dunia periklanan berikutnya, meskipun media elektronik mendominasi, penggunaan leaflet sebagai media periklanan masih dinilai relevan seperti pada masa-masa sebelumnya. Alasannya, desain tercetak (print/based) kerap masih diperlukan dalam keadaan tertentu, misalnya ketika layar komputer tak dapat dihidupkan karena rusak atau tidak ada listrik. Di samping itu, pada keadaan tertentu penggunaan alat-alat elektronik tertentu menjadi tidak praktis dan tidak dapat dibawa oleh khalayak yang membutuhkan. Kalaupun bisa dibawa khalayak tertunta diperlukan biaya yang tidak sedikit. Sebagai media promosi, leaflet dapat dibuat sedemikian rupa sehingga kualitasnya setara dengan bentuk-bentuk media pemasaran lain. Meskipun isinya murni dimaksudkan untuk tujuan komunikasi atau berupa pesan-pesan promosi, leaflet dapat dibuat sedemikiam rupa sehingga dapat menggambarkan dan menunjukkan citra (gambar) perusahaan, produk, atau yang lainnya. Bahkan seandainya desain leaflet dipergunakan untuk keperluan newsletter (laporan berkala) untuk menjangkau target khalayak sebanyak-banyaknya, leaflet dapat memenuhi apa yang dibutuhkan. Namun karena umunya leaflet berukuran kecil, informasi atau pesan yang akan disampaikan pun relatif terbatas. Hanya menyampaikan pokok-pokok persoalan saja, sehingga kurang mengandung kedalaman informasi. Dapat dikatakan leaflet hanya pendukung sarana penyampaian informasi dalam bentuk lainnya. meskipun ukurannya pada umumnya kecil, namun dapat dikembangkan dalam ukuran kertas A4 hingga A1, bahkan ukuran billboard. Di samping itu, dapat juga menjadi dasar rancangan situs di internet (Surachman dan Iriantara, 2006).
Dalam kegiatan sebelumnya yaitu wawancara kepada kelompok tani untuk mengetahui beberapa masalah yang dihadapi, sekarang waktunya kita memberi solusi untuk permasalahannya dengan bantuan salah satu alat peraga untuk mengefektifkan penyuluhan yang kami berikan dengan menggunakan leaflet. Kelompok yang kami akan kami berikan penyuluhan yaitu Kelompok Wanita Tani “Siti Makmur” yang didirikan pada tanggal 2 Februari 2014, di Padukuhan Pandes RT 01, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Bantul. Kelompok Wanita Tani Siti Makmur diinisiasi oleh Kepala Kelurahan Panggungharjo yang melihat banyak Ibu-ibu di daeah Panggungharjo tidak memiliki pekerjaan. Oleh karena itu Kepala Kelurahan Panggungharjo merasa tergerak untuk memberdayakan Ibu-ibu dengan membentuk Kelompok Wanita Tani Siti Makmur. Selain itu, Adanya Kelompok Wanita Tani Siti Makmur ini dibentuk untuk mengikuti lomba desa nasional mengenai kelompok wanita tani. Kelompok Wanita Tani Siti Makmur diketuai oleh Ibu Rusmini, Sekretaris: Ibu Ratna dan Ibu Atik Nuryati. Bendahara Ibu Sri dan Purwanti, dan memiliki anggota sebanyak 35 orang.
Masalah yang dihadapi oleh kelompok wanita tani Siti Makmur adalah masih banyaknya anggota kelompok wanita tani yang belum memiliki rasa memiliki organisasi sehingga banyak Ibu-ibu yang melalaikan tugasnya. Kedua, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tidak mengerti tentang pertanian, bahkan sang ketua, Ibu Rusmini juga sama sekali tidak mengerti tentang bertani. Ketiga, Sulitnya melakukan pembagian kerja dalam mengurusi organisasi dan usaha pertanian milik kelompok wanita tani Siti Makmur, banyak Ibu-ibu yang belum bisa mengatur kesibukan di  rumah dengan organisasi. Keempat, banyak tanaman yang ditanam kelompok wanita tani Siti Makmur yang terkena penyakit putih-putih pada daunnya, sehingga bisa merusak daun dan buahnya. Namun, pada kesempatan kali ini kami akan memfokuskan pada permasalahan yang dinilai sangat mengganggu yaitu mengenai hama tanaman cabai yang sangat meresahkan. Maka dari itu, kami sebagai penyuluh yang berada di bidang pertanian akan memberikan penyuluhan mengenai beberapa macam hama dan penyakit tanaman cabai serta solusi untuk memusnahkannya 
B.     Tujuan
1.      Melatih mahasiswa agar dapat merancang dan membuat alat peraga penyuluhan yaitu poster, leaflet, atau folder berdasarkan masalah yang ada pada sasaran.
2.      Melatih mahasiswa untuk memberikan penyuluhan dengan alat peraga penyuluhan.
3.      Melatih mahasiswa untuk melakukan difusi dan diseminasi inovasi kepada kelompok tani melalui alat peraga.

II.                ISI
A.    Permasalahan Petani
Kelompok Wanita Tani Siti Makmur yang berdiri sejak 2 Februari 2014 telah meraih banyak prestasi, seperti juara 1 kelompok wanita tani tingkat kabupaten, provinsi, dan tingkat nasional. Perjalanan Kelompok Wanita Tani Siti Makmur masih panjang dan berliku serta penuh dengan masalah yang dihadapi. Masalah yang dihadapi Kelompok Wanita Tani Siti Makmur berasal dari internal maupun Eksternal. Masalah yang dihadapi yaitu:
1.        Masih banyaknya anggota kelompok wanita tani yang belum memiliki rasa memiliki organisasi sehingga banyak ibu-ibu yang melalaikan tugasnya.
2.        Banyak ibu-ibu yang sebenarnya tidak mengerti tentang pertanian, bahkan sang ketua.
3.        Sulitnya melakukan pembagian kerja dalam mengurusi organisasi dan usaha pertanian milik kelompok wanita tani ini sehingga banyak ibu-ibu yang belum bisa mengatur kesibukan di rumah dengan organisasi.
4.        Banyak tanaman yang ditanam yang terkena hama dan penyakit, seperti penyakit puih-puih pada daun cabai yang bisa merusak daun dan buahnya. 
B.     Solusi Pemasalahan
Dari wawancara yang telah dilakukan bersama ketua Kelompok Wanita Tani Siti Makmur, maka kami akan memberikan solusi yang dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kelompok wanita tani tersebut supaya organisasi ini dapat berjalan dengan baik dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk anggotanya.
1.      Masih banyaknya anggota kelompok wanita tani yang belum memiliki rasa memiliki organisasi sehingga banyak ibu-ibu yang melalaikan tugasnya.
Solusi: dengan memberikan pemahaman lebih mengenai pentingnya organisasi bagi anggotanya terutama untuk membantu perekonomian keluarga. Serta dengan memberikan pemahaman bahwa organisasi kelompok wanita tani ini pada kehadiran dan kepedulian setiap anggota kelompoknya sangat berarti bagi kemajuan kelompok tersebut.
2.      Banyak ibu-ibu yang sebenarnya tidak mengerti tentang pertanian, bahkan sang ketua.
Solusi: kurangnya pemahaman anggota kelompok wanita tani mengenai bidang pertanian dapat diatasi dengan memberikan sumber-sumber informasi kepada Kelompok Wanita Tani Siti Makmur seperti buku-buku pertanian, majalah pertanian, artikel, jurnal, pemberian video tutorial pertanian, serta adanya penyuluhan dari pihak pemerintah, tokoh masyarakat, praktisi di bidang pertanian maupun mahasiswa pertanian.
3.      Sulitnya melakukan pembagian kerja dalam mengurusi organisasi dan usaha pertanian milik kelompok wanita tani ini sehingga banyak ibu-ibu yang belum bisa mengatur kesibukan di rumah dengan organisasi.
Solusi: dibuatnya jadwal rutin untuk pembagian kerja. Jika ada anggota yang tidak bisa melaksanakan tugas pada hari tertentu maka dia harus mencarikan pengganti, dan di suatu hari nanti dia harus bekerja di hari yang lain, supaya pembagian kerjanya adil.
4.      Banyak tanaman yang ditanam yang terkena hama dan penyakit, seperti penyakit puih-puih pada daun cabai yang bisa merusak daun dan buahnya.
Solusi: Kelompok Wanita Tani Siti Makmur menanam berbagai tanaman budidaya secara organik. Dari berbagai tanaman yang ditanam, banyak hama dan penyakit menyerang dan merusak tanamannya. Dari sekian banyak tanaman yang ditanam, tanaman cabai yang paling banyak terserang hama dan penyakit. Menurut informasi wawancara yang didapat, sumber menjelaskan beberapa ciri-ciri hama dan penyakit tersebut, maka ada 3 kemungkinan hama dan penyakit yang saat ini menyerang tanaman cabai di lahan Kelompok Wanita Tani Siti Makmur yaitu:
a.       Penyakit Layu Fusarium
Penyebab penyakit ini adalah cendawan atau fusarium oxysporium sp. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman cabai yang ditanam pada tanah masam (pH tanah rendah kurang dari 6). Serangan ditandai dengan memucatnya tulang daun sebelah atas dan diikuti menunduknya tangkai daun. Jika pada batas antara akar dengan batang dipotong akan terlihat cincin coklat kehitaman diikuti busuk basah pada berkas pembuluh.
b.      Penyakit Layu Bakteri
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah. Gejala serangan yang terlihat adalah layu pada beberapa daun muda dan atau menguningnya daun tua sebelah bawah. Gejala lain yang terlihat adalah berkas pembuluh pengangkut yang berwarna coklat tua dan membusuk setelah batang, cabang atau pangkal batangnya kita belah.
c.       Embun Tepung/ Powdery Mildew (Leveillula taurica)
Pada kebun cabai dengan penanaman di dataran tinggi yaitu 700 m dpi ke atas, sering terkena serangan penyakit ini. Permukaan atas daun tampak bercak nekrotis berwarna kekuningan. Jika daun dibalik, tampak tepung berwarna putih keabuan. Serangan dimulai dari daun tua ke muda. Embun tepung yang disebabkan oleh cendawan Oidiopsis sicula seal dapat dikendalikan dengan obat pestisida organik.
Namun pada leaflet, kami tampilkan beberapa jenis hama dan penyakit tanaman cabai beserta pengendaliannya untuk menambah wawasan kelompok wanita tani tersebut, diantaranya:
1.                  Cabuk/Aphids (Myzus persicae)
Hama Aphids sering juga disebut dengan kutu persik, sesuai dengan nama latinnya. Hama ini perkembangan cepat bisa berkembangbiak tanpa kawin (parthenogenesis) serta menghasilkan “madu” sehingga mendatangkan semut dan cendawan jelaga. Hama ini menyebabkan keriting daun dan berperan sebagai penghantar virus (vektor).  Umumnya jumlah buah yang terbentuk berkurang.  Serangan tinggi menyebabkan daun tua menguning dan gugur. Aphids adalah hama yang polybag, bisa hidup di berbagai tanaman. Pengendalian dengan insektisida.
2.                  Kutu kebul (Bemisia sp.)
Hama yang mempunyai inang tomat, tembakau dan kedelai Hama ini menularkan gemini virus. Penularan virus oleh kutu kebul dari tanaman sakit setelah 15 menit. Gejala timbul pada tanaman muda setelah 10-14 hari.
Pengendalian dengan insektisida atau menanaman jagung minimal 2 baris di sekitar penanaman akan mengurangi serangan. Cara lain yaitu rotasi tanamandengan padi. Jangan tumpangsari dengan tomat. Jikapopulasinya masih sedikit dapat disingkirkan dengan tangan (sarung tangan).
3.                  Ulat daun dan buah
Ulat ini perkembangan cepat pada musim kemarau, menyebabkan kerusakan pada daun dan buah. Saat siang hari banyak bersembunyi di dalam tanah.
Pengendalian :
·         Lakukan penyemprotan insektisida pada malam hari
·         Monitoring secara rutin, jangan sampai ulat sudah mencapai instar 3 (besar) baru disemprot.
·         Jika serangan mengganas, bukalah plastik mulsa kemudian lakukan gropyokan ulat secara masal lalu disemprot dengan insektisida.
4.                  Lalat buah (Bactrocera sp.)
Lalat buah berkembang cepat pada musim hujan, menyebabkan kerusakan pada buah karena lalat buah betina  meletakkan telur dengan cara menusuk buah dan berkembang di dalam buah sehingga terjadi pembusukan karena ada infeksi sekunder (bakteri/ jamur).
Pengendalian :
·         Penyemprotan insektisida
·         Perangkap botol dengan methyl eugenol
·         Bersihkan buah-buah yang rontok kemudian kumpulkan dan dibakar untuk mencegah berulangnya siklus serangan.
5.                  Thrips (Thrips sp.)
Hama ini perkembangan sangat cepat terutama di musim kemarau. Thrips menyerang di dekat tulang daun menyebabkan kerusakan berwarna kecoklatan dan menyebabkan daun muda keriting membentuk perahu. Thrips bisa berkembang biak tanpa kawin (parthenogenesis), membentuk pupa di tanah dekat pangkal batang. Thrips juga dikenal sebagai  penghantar virus (vektor). Pengendalian dengan insektisida. 
6.                  Layu Nematoda (Meloidogyne incognita)
Gejala serangan bisa terjadi di segala usia tanaman. Gejala dimulai dengan terhentinya pertumbuhan, menguning dan penampilan tanaman yang tidak sehat, layu, dan kematian tanaman terjadi pada kondisi panas. Pada bagian bawah tanaman, terdapat sekumpulanmasa bintil akar. Jika bintil dibuka dan diamati di mikroskrop akan tampak seperti hewan menyerupai cacing.
Pengendalian :
·         Rotasi tanaman dengan padi, bawang merah dan kol bunga.
·         Bakar tanaman terserang. Pemberian pupuk kompos akan mengurangi populasi nematoda.
·         Pemberian insektisida.
7.                  Patek /Antraknosa (Colletothrichum sp.)
Gejala serangan utama pada saat mulai pemasakan buah. Gejala berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak. Patogen bisa terbawa benih dan bertahan juga pada tanaman solanacea lainnya. Buah yang tua lebih mudah terserang dan terbawa hingga pascapanen.  Serangan tinggi terutama pada musim hujan.
Pengendalian :
·         Perendaman benih dengan air hangat
·         Rotasi tanaman dengan padi, jagung, koll bunga dan bawang.
·         Panen dan bakar buah-buah terserang
·         Penyemprotan fungisida
8.                  Teklik (Choanephore sp.)
Cendawan ini menyerang tanaman bisa mulai dari pembibitan hingga awal pembungaan. Cendawan membentuk koloni pada jaringan tanaman yang sudah mati. Serangan pada musim hujan, dimulai dari salah satu percabangan, gejala cabang berwarna coklat kehitaman sementara cabang-cabang yang lain masih sehat. Cabang yang terserang akan menyebabkan kelayuan daun-daun. Serangan juga terjadi pada pembungaan saat pembentukan buah.
Pengendalian:
·         Sanitasi lingkungan pertanaman
·         Penggunaan jarak tanam tidak terlalu rapat
·         Penyemprotan fungisida 
9.                     Virus
Perkembangan virus sangat cepat pada saat panas tinggi terutama di  musim kemarau. Jika sudah terserang akan sulit dikendalikan.
Pengendalian: mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang, mengendalikan serangga vektor, dan sterilisasi alat pertanian. 
Pengendalian hama dan penyakit di atas dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian antara lain:
A.  Mengganti budidaya tanaman setiap musim
B.  Jaga jarak tanam, jangan terlalu rapat kelembaban bisa dikurangi
C.  Kurangi penggunaan pupuk urea sehingga tanaman lebih tahan penyakit
D.  Kebersihan lingkungan harus selalu dijaga. Jika tanaman sudah terserang, pangkas pucuk tanaman yang terserang kemudian bakar
E.   Pengapuran lahan sebelum tanam untuk meningkatkan pH tanah dan mengurangi kemasaman tanah
F.   Pengaturan pengairan dengan baik (jangan sampai air menggenang berlebihan), jika pertanaman pada musim hujan maka bedengan agar dibuat lebih tinggi
G.  Pencelupan bibit ke dalam air yang telah dicampur dengan pestisida organik, penyiraman dengan larutan pestisida organik dengan takaran 1,5 gram/ liter air pada saat tanaman berumur 25-40hari setelah tanam
H.  Lakukan eradikasi pada tanaman terserang dengan cara mencabut tanaman yang terserang
I.     Usahakan jangan sampai tanahnya tercecer dan bertebaran kemana-mana karena dapat menulari tanaman yang sehat. Setelah dicabut, taburi lubang bekas tanaman terserang tadi dengan kapur secukupnya dan lubang ditutup kembali dengan tanah
C.     Alat Peraga
Leaflet merupakan salah satu jenis dari media cetak yang efektif digunakan dalam berkomunikasi khususnya penyuluhan pertanian berbentuk lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Kelebihan leaflet yaitu:
1.      Lentur
2.      Sangat terkendali
3.      Biaya relatif rendah
4.      Peluang interaktif
5.      Menarik perhatian
6.      Lebih efektif dan efisien
7.      Sasaran lebih besar bahkan menjadi bersifat massal.
Kekurangannya yaitu:
1.      Produksi yang berlebihan bisa menyebabkan keluar biaya yang sia-sia
2.      Kemungkinan salah persepsi lebih besar
3.      Kesulitan dalam penerimaan oleh sasaran tidak dapat segera diketahui
4.      Memerlukan rancangan yang matang dan perancang yang ahli
5.      Kurang cocok untuk sasaran yang buta huruf.
Pada leaflet yang dibuat berisi berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai yang akan disuluhkan. Sehingga dapat memantapkan pemahaman dunia pertanian khususnya hama dan penyakit tanaman sehingga berbagai masalah pada Kelompok Wanita Tani Siti Makmur terselesaikan.
Desain pada leaflet sendiri, dimulai dari pemilihan latar berwarna hijau agar identik dengan dunia pertanian yang berwarna hijau. Karena begitu banyak macam hama dan penyakit yang ada pada tanaman cabai, pada per halamannya, kami bagi menjadi 2 sisi agar lebih menarik dan mudah untuk dipahami pembaca (tidak berantakan kesannya). Selanjutnya pada setiap jenis hama atau penyakitnya kami usahakan menyertakan gambar agar mudah dimengerti, karena jenis hama dan penyakit sangat bervariasi dan sulit untuk ditentukan sehingga dengan disertai gambar akan memudahkan pembaca tepat mengetahui hama atau penyakit yang menyerang tanaman cabainya. Karena leaflet tidak menunjukkan nama pembuatnya, tetapi boleh dengan menunjukkan lembaga pembuatnya, karena kami dari praktikum yang ada di Universitas Gadjah Mada maka lembaga yang dimaksud yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kami tunjukkan dengan pemberian logo UGM. Tulisan dipilih berwarna hitam agar terlihat jelas dan dengan gambar yang berwarna juga agar tidak kalah dengan latarnya yang berwarna hijau muda.
            
III.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
-          Pada tanaman cabai terdapat berbagai jenis hama dan penyakit yang tentunya ada jalan keluar untuk mengatasinya dengan cara mencegah maupun mengendalikannya. Maka perlu banyak pengetahuan mengenai ciri-ciri masing-masing hama dan penyakit tanaman cabai.
-          Dalam bertani, pemahaman mengenai bidang pertanian (irigasi, pemupukan, pemanenan, dll) harus tinggi sehingga penyuluhan perlu diadakan agar pemahaman yang tinggi tersebut dapat terwujud secara merata.
-          Dalam pembuatan alat peraga disesuaikan dengan sasaran yang dituju dan produk yang akan ditawarkan atau diinformasikan.
-          Penggunaan leaflet pada penyuluhan digunakan untuk pusat informasi dan kita sebagai penyuluh sebagai pembantu atau penjelas dalam penyampaian informasi pada leaflet yang ditampilkan.
B.     Saran
-          Penyuluh seharusnya sesuai dengan permasalahan bidang yang dipahaminya, karena jika tidak sesuai akan menimbulkan masalah lagi


DAFTAR PUSTAKA
Effendi. S dan Singarimbun, M. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. CV Mandar Maju, Bandung.
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Med Press, Yogyakarta.
Surachman dan Iriantara. 2006. Public Relations Writing, Pendekatan Teoritis dan Praktis. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.